Sabtu, 16 Maret 2013

Psikologi Sosial I - PAT

Diposting oleh Unknown di 19.28 0 komentar
ini adalah materi psikologi sosial I yang di dapat saat pengambilan PAT atau program alih tahun :D
tapi aku lupa sumbernya... :((
tapi selamat membaca semoga bermanfaat ^^



Atribusi dan Agresi Kronis
                Atribusi berperan penting dalam agresi kronis sebagaimana insiden agresi. Anak yang sangat agresif memandang orang lain selalu memusuhi dirinya terutama dalam situasi yang ambigu. (Dodge, 1986; Dodge & Coie, 1987).
Skema Agresi
                Penguatan, Imitasi, dan asumsi tentang motif orang lain semuanya berkombinasi menghasilkan skema agresi. Skema adalah seperangkat keyakinan yang terorganisir dan terstruktur mengenai beberapa domain kehidupan. Dalam kasus agresi, orang mengembangkan keyakinan yang terorganisir tentang ketepatan tindak agresi, situasi di mana agresi mesti terjadi, dan cara agresi diekspresikan, misalnya melalui pemukulan atau penghajaran. Melalui proses observasi dan belajar, anak mungkin mengembangkan skema agresi yang ketika dikombinasikan dengan proses biologis (seperti kebangkitan fisiologis), dapat kemungkinan terjadinya tindak agresif.
                Kemungkinan skema agresi akan berkembang dan menjadi tindakkan agresi, yang akan semakin besar bila ada faktor risiko lingkungan tertentu, seperti kekerasan keluarga atau kekerasan dalam masyarakat. Faktor lain yang mungkin menyumbang perkembangan dan pemeliharaan skema agresi adalah penggambaran kekerasan di media (Huesmann, Moise, & Podolski, 1997). Setelah skema agresi terbentuk, perilaku agresif dapat bertahan lama karena dirawat oleh skema agresi yang telah mapan (Huesmann, 1997, 1998; Huesmann & Guerra, 1997).
Skema agresi mungkin berinteraksi dengan beberapa faktor lain yang memfasilitasi agresi untuk meningkatkan kemungkinan perilaku agresif. Misalnya satu studi (Zelli, Dodge, Lochman & Laird, 1999) menemukan bahwa anak yang punya skema agresi yang mapan dan juga punya bias atribusi terhadap perilaku orang lain mungkin lebih cenderung untuk menjadi agresif. Skema agresif mungkin bervariasi berdasarkan kultur. Beberapa kultur, misalnya, memiliki norma sosial yang menyatakan bahwa agresi adalah respon yang diperlukan jika ada ancaman terhadap kehormatan, sedangkan dalam kultur lain mungkin skema agresinya berbeda.
Kultur dan Agresi
                Secara historis, kawasan selatan Amerika Sekirat punya angka pembunuhan yang tinggi. Para periset (Cohen & Nisbett, 1994; Nisbett; 1993) menunjukkan bahwa kekerasan yang tinggi di selatan ini berakar pada ekonomi peternakan yang berkembang di masa lalu. Di seluruh dunia, di area di mana perekonomian bergantung pada peternakan domba, sapi, atau kerbau, para peternak terkenal sebagai orang yang siap menggunakan kekuatan dan kekerasan untuk melindungi property dan hartanya, sebab hewan ternak lebih sulit dikendalikan dan mudah dicuri.
                Dalam sistem di mana proteksi diri sangat penting, “kultur kehormatan” mungkin akan berkembang, dimana seseorang merasa perlu membela harga dirinya, si pelanggar harus diberi pelajaran keras bahwa gangguan atas diri dan hartanya adalah tindakan yang tidak bisa ditoleransi.
Model Umum Perilaku Agresif
                Seperti yang kita lihat, pengalaman marah dan frustasi sering mengawali kekerasan. Craig Anderson dan rekannya mengusulkan model agresi aktif umum. Mereka berpendapat bahwa agresi diperbesar oleh peningkatan faktor sikap agresi, pemikiran agresif, dan kebangkitan agresif (Anderson & Bushman, 2002). Menurut pendapat ini faktor-faktor seperti kekerasan media, adanya senjata, pengalaman rasa sakit, dan faktor lingkungan dan perasaan lainnya mungkin mendorong perilaku agresif ketika juga diiringi dengan pemikiran agresif (Anderson & Bushman, 2002).
 

MIAW (=^.^=) © 2010 Web Design by Ipietoon Blogger Template and Home Design and Decor